Tema
: Keterampilan Abad 21 dan Kurikulum IPA SMP
Oleh
Laras Khoirunisa
Seperti
yang kita ketahui, perubahan kurikulum pendidikan di tingkat sekolah dasar dan
menengah sudah terjadi berkali-kali di Indonesia. Perubahan tersebut dari waktu
ke waktu tentunya menimbulkan suatu dampak yang cukup besar. Seperti perubahan
kurikulum 2006 (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Dengan rentang waktu kurang lebih
7 tahun, pendidikan di Indonesia berkembang secara pesat. Ditambah lagi dengan
zaman yang semakin maju, terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
membuat kurikulum 2013 ini menjadi sangat menarik untuk dibahas. Pasalnya,
kurikulum dapat diibaratkan dengan setir kendali kegiatan pembelajaran di dalam
kelas, dimana guru adalah seorang supirnya.
Saat
ini, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mampu meningkatkan mutu pendidikan
Indonesia. Kurikulum ini identik dengan proses pembelajaran yang berbasis
student center. Dimana guru bukan lagi menjadi pusat pembelajaran, tetapi siswa
yang dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, misalnya guru membentuk
beberapa kelompok kecil didalam kelas kemudian para siswa berdiskusi didalam
kelompoknya dan antar kelompok. Siswa diajarkan untuk aktif bertanya,
menanggapi jawaban teman, menjawab pertanyaan teman, dan bekerja sama didalam
kelompok saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran
yang terpusat pada siswa, berpotensi untuk melatih dan mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, karena siswa diberikan keleluasaan membangun pengetahuannya
sendiri, berdiskusi, bebas mengajukan pendapat serta mengkomunikasikan ide-ide
mereka. Bahkan, saat ini dibeberapa sekolah,
baik Negeri maupun Swasta, siswa diperbolehkan menggunakan smartphone mereka untuk
mencari berbagai materi pelajaran sampai mencari jawaban untuk materi-materi
tertentu yang dianggap sulit. Memang benar, akses internet dapat mempermudah
seseorang dalam hal apapun. Mulai dari informasi tertulis, gambar, bahkan
sampai video pun kita dapat menemukannya didunia maya. Perkembangan IPTEK yang
semakin pesat ini dimanfaatkan oleh para siswa dan guru untuk mempermudah
proses pembelajaran.
Tetapi,
tidak semua pemanfaatan smartphone berjalan dengan lancar. Apalagi jika
penggunaan smartphone tidak dibatasi, baik oleh guru maupun orang tua. Kadangkala,
beberapa siswa kerap menggunakan smartphone mereka untuk chatting, bermain
game atau sekedar berselfie ketika pembelajaran sedang berlangsung. Tak
jarang pula dari mereka yang menggunakan smartphone untuk mencari tahu tentang
hal-hal baru yang belum mereka ketahui. Memang banyak sekali manfaatnya jika
media social pada smartphone dapat digunakan dengan baik. Oleh sebab itu, peran
seorang guru didalam kelas sangat penting, untuk memberikan pengetahuan tentang
mana hal-hal yang baik dan mana hal-hal yang tidak baik.
Berdasarkan
hasil PISA 2015, Indonesia mendapatkan hasil yang kurang memuaskan dalam
penerapan literasi sains. Anak-anak di Indonesia masih harus berjuang untuk
menerapkan dan meningkatkan literasi sains didalam proses pembelajaran IPA dan
kehidupan sehari-hari. Hal ini harus didukung dengan ketersediaan tenaga kerja,
khususnya guru, yang sangat paham betul apa dan bagaimana literasi sains itu
dapat terwujud. Seorang guru wajib menerapkan literasi sains dalam
pembelajarannya, dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis yang Ia punya.
Anak-anak seusia SMP adalah anak-anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Peran
guru dalam mendampingi siswa selama didalam kelas akan menjadi hal yang sangat
wajib. Karena rasa ingin tahu yang tinggi, diharapkan seorang guru mampu
menanamkan keterampilan berpikir kritis selama pembelajaran.
Pada
kurikulum IPA SMP, guru dituntut untuk mengajak siswa agar dapat berpikir
secara kritis. Seseorang dikatakan dapat berpikir kritis, jika Ia mampu menilai
valid atau tidaknya suatu sumber informasi. Tidak hanya itu, berpikir kritis
juga menuntut seseorang untuk mampu mengidentifikasi, menganalisis, memberikan
solusi dan mengevaluasi suatu permasalahan. Ketika seseorang sedang berpikir
kritis, maka Ia sedang melakukan sebuah aktivitas mental dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Hal tersebut harus ditanamkan sejak dini karena akan
banyak sekali tantangan yang dihasilkan dari dampak globalisasi dimasa depan.
Lawson
(1995:49) menyatakan bahwa “Science is essentially a process of accurately
describing nature and attempting to create and test theoretical systems that
serve to explain natural phenomena”. Jadi, sains/IPA merupakan proses penting
untuk mendekripsikan alam secara akurat dan membuat serta menguji sistem
teoritis yang menjelaskan fenomena alam. Keterampilan berpikir kritis sangat penting
untuk mendeskripsikan serta menjelaskan fenomena di alam. Melalui keterampilan
berpikir kritis ini, siswa harus mampu mendeskripsikan alam; merasakan dan
menyatakan pertanyaan sebab akibat tentang alam; mengenal, membuat, dan
menyatakan hipotesis alternative; membuat prediksi logis; merencanakan dan
melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis; mengumpulkan dan menganalisis
eksprimen yang relevan dengan korelasi data; dan membuat kesimpulan. Jadi,
dalam belajar IPA yang meliputi mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena alam,
sangat diperlukan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis
adalah keterampilan yang paling utama diantara beberapa keterampilan lainnya,
seperti innovative dan kreatif, kolaborasi, dan komunikatif.
Dikaitkan
dengan keterampilan abad 21, kurikulum IPA SMP saat ini, sejatinya diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dimasa depan seiring dengan perkembangan
zaman. Keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah misalnya,
siswa dituntut untuk mengetahui berbagai permasalahan yang ada dilingkungan
sekitar mereka dan mencari solusi untuk menangani masalah tersebut. Siswa
diajak untuk aktif, kreatif, dan inovatif, saat pembelajaran berlangsung. Creative
and Innovative juga merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang sangat
diperlukan saat ini dan untuk masa depan. Tidak hanya itu, kolaboratif dan
komunikatif juga merupakan keterampilan abad 21 yang dapat meningkatkan
kompetensi seorang siswa, baik selama pembelajaran maupun ketika Ia dewasa.
Keterampilan
berpikir kritis ini juga tidak bisa berdiri sendiri. Keterampilan berpikir kritis
harus diimbangi dengan keterampilan pemecahan masalah atau problem solving.
Pasalnya, terdapat beberapa indikator penting pada keterampilan berpikir
kritis, seperti konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Indikator-indikator
tersebut dipelajari oleh siswa dalam pembelajaran IPA dikelas. Melalui studi
kasus atau praktikum misalnya, siswa dapat mempelajari bagaimana keterampilan
berpikir kritis akan sangat diperlukan untuk memenuhi kewajibannya sebagai siswa. Pembelajaran yang terpusat
pada siswa juga memungkinkan terjadinya diskusi yang merupakan cara efektif untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Hal ini disebabkan
karena melalui diskusi, siswa dapat berbagi pendapat, berpikir perspektif, dan
mendapatkan pengalaman baru. Melalui diskusi, siswa juga dapat belajar
mempertimbangkan, menolak atau menerima pendapat sendiri atau orang lain.
Keterampilan
berpikir yang dilatih secara kontinyu sejak dini, dapat menjadi kebiasaan dan
akan memberikan bekal bagi siswa untuk dapat menghadapi tantangan global. Abad
21 menuntut sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dalam
persaingan global. Dimana tantangan yang akan timbul dimasa depan, menuntut
banyak kompetensi diri, salah satunya berpikir kritis. Keterampilan berpikir
kritis ini dapat dijadikan sebagai benteng pertahanan kita dalam berkompetisi
dimasa depan. Tuntutan ini tidak hanya dibebankan untuk pemerintahan saja,
melainkan untuk semua lapisan masyarakat, mulai dari tingkat pendidikan sampai
tingkat pekerjaan. Jika keterampilan berpikir kritis ini dimiliki oleh semua
lapisan masyarakat di Indonesia, maka kedudukan Indonesia dimata dunia akan
membaik. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis harus ditanamkan sejak
dini agar anak-anak di Indonesia dapat bermanfaat dimasa depan, dimanapun
mereka berada.
0 komentar:
Posting Komentar