KIMIA LINGKUNGAN
15 NOVEMBER 2014
LARAS KHOIRUNISA
11140161000051
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan
untuk mengetahui dan mengamati efek pencemaran lingkungan
dan bahan pengotor pada perairan situ
Gintung, Ciputat, Jakarta Selatan, serta di lingkungan sekitar rumah kita. Apa
ada bahan berbahaya yang terkandung didalam tanah dan air tersebut atau tidak,
yaitu berupa Zink (Zn), Besi (Fe), Aluminium (Al), Merkuri (Hg), Timbal (Pb),
Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Argentum (Ag), dan lain sebagainya. Dengan objek
pengamatan dan sampel yang diambil berupa air danau dan tanah disekitar danau
dan rumah masing-masing pengamat. Analisa kandungan ini dilakukan berdasarkan
kriteria kualitas air dan tanah. Dan percobaan ini tidak hanya dilakukan pada
sampel tanah dan air yang ada di danau tetapi praktikan juga mengamati efek
yang ditimbulkan bahan pencemar dan berbahaya tersebut terhadap makhluk hidup
yang ada didalam ekosistem air danau tersebut, dengan mengambil sampel berupa
ikan, yang diberi bahan pencemar berupa air sabun atau deterjen, dan air
hangat.
PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan
factor penting dalam mempelajari lingkungan hidup, karena dalam lingkungan
hidup selalu ada bahan-bahan kimia. Oleh karena itu untuk mempelajari
lingkungan hidup dan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya, perlu ilmu
khusus yang mempelajari bahan-bahan kimia yang ada dilingkungan hidup. Ilmu
tersebut dinamakan ilmu kimia lingkungan, yang mempelajari sifat-sifat, fungsi,
terbentuknya serta proses kimia yang terjadi dalam lingkungan hidup. Didalam
lingkungan hidup, terdapat beberapa komponen yang dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu kelompok makhluk hidup atau kelompok biotik dan kelompok
tak hidup atau kelompok abiotik. Kelompok abiotik ini terbagi lagi menjadi tiga
faktor yaitu faktor energy matahari, faktor fisis, dan faktor bahan kimia
(Lutfi, 2009)
Danau Situ Gintung
merupakan danau yang berada diwilayah Kabupaten Tangerang Selatan, dimana
manfaat danau ini adalah untuk keperluan pemancingan dan juga sebagai sarana
rekreasi. Muara danau Situ Gintung, memiliki karakteristik yang khas sebagai
kawasan estuari dengan tumbuhan eceng gondoknya yang berada ditepian danau dan
air danau yang tenang dan berwarna hijau
muda. Pencemaran yang terjadi didanau Situ Gintung berasal dari aktivitas
manusia yang secara langsung yaitu dengan membuang limbah rumah tangga yang
berupa sampah ke perairan danau Situ Gintung, terutama yang berasal dari
kawasan perumahan atau perkampungan dekat dengan danau Situ Gintung.
Kualitas air yaitu
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energy atau komponen lain didalam
air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu fisika (suhu,
kekeruhan, padatan suspensi dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen
terlarut, BOD, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton,
bakteri, dan sebagainya) (anonymous, 2000)
Adanya pembuangan
limbah sampah tersebut, diduga dapat mencemari lingkungan perairan dan
organisme yang hidup didalamnya (Alifia dan Djawad, 2003). Terjadinya kontaminasi
zat beracun pada organisme perairan dapat melalui 3 cara yaitu pertama melalui
permukaan organisme, melalui respirasi atau ingesti dari air, dan melalui
pengambilan makanan (zooplankton dan fitoplankton) yang mengadung bahan
pencemar kimia (Jardine, 1993).
Diketahui bahwa zat
beracun yang mencemari perairan, salah satunya adalah dari logam berat (Aditya,
2005). Logam berat tersebut antara lain Besi (Fe), Tembaga (Cu) ,Aluminium
(Al), Zink (Zn), Kromium (Cr), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Argentum (Ag), dan
lain sebagainya, jika keberadaannya melebihi ambang batas yang diperbolehkan dapat
membahayakan lingkungan, termasuk manusia (Palar, 1994).
METODOLOGI
ALAT DAN BAHAN
NO
|
ALAT
|
JUMLAH
|
1.
|
Tabung reaksi
|
3 buah
|
2.
|
Pipet tetes
|
3 buah
|
3.
|
pH meter
|
1 buah
|
4.
|
Conductivito meter
|
1 buah
|
5.
|
Gelas aqua plastic
|
5 buah
|
NO
|
BAHAN
|
JUMLAH
|
1.
|
Detergen
|
Secukupnya
|
2.
|
Ikan kecil
|
3 ekor
|
3.
|
Sampel tanah
|
5 sampel
|
4.
|
Sampel air
|
5 sampel
|
5.
|
Larutan KI, HCL, NaOH,Na2CO3
|
Secukupnya
|
LANGKAH KERJA
1.
Percobaan 1
Metode
pada percobaan pertama ini yaitu siapkan 3 gelas plastik kosong terlebih dahulu.
Gelas pertama di isi air mineral, gelas kedua diisi air hangat, dan gelas
ketiga diisi air bersih yang sudah dicampur dengan detergen. Kemudian, masukkan
ikan hias kedalam masing-masing gelas plastik secara bersamaan sambil
menyalakan stopwatch. Hitung pergerakan mulut ikan sampai berhenti atau
maksimal 5 menit.
2.
Percobaan 2
Pada
percobaan kedua ini siapkan tabung reaksi dan pipet tetes kemudian tuangkan 30
tetes sampel air pertama. Tambahkan kurang lebih 5 tetes larutan KI, lalu
tambahkan 5 tetes larutan Na2Co3. Catat hasilnya. Setelah itu bersihkan tabung
da nisi kembali sampel air pertama. Lalu tambahkan 5 tetes larutan HCl, kemudian
tambahkan 5 tetes sodium hidroksida (NaOH), lalu tambahkan 5 tetes larutan KI.
Ulangi kegiatan ini untuk sampel kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Setelah
semua selesai, bersihkan kembali tabung reaksi dan pipet dengan aquades.
3.
Percobaan 3
Pada
percobaan ketiga, siapkan 3 sampel air yang berbeda. Kemudian ketiga sampel
tersebut diukur pH nya dengan menggunakan pH meter.
4.
Percobaan 4
Pada percobaan keempat, siapkan 4 sampel tanah yang
berbeda dan 1 sampel air sungai dari situ gintung. 4 sampel tanah tersebut kemudian
dicampur dengan aquades. Kemudian ukur konduktivitas masing masing sampel
menggunakan conductivity.
PEMBAHASAN
Percobaan 1
Pada percobaan satu
didapatkan hasil bahwa jumlah terbanyak pergerakan mulut ikan selama 5 menit
yaitu pada ikan yang berada didalam air hangat sebanyak 956 kali. Pada ikan
yang berada didalam air rendaman detergen sebanyak 354 kali, dan pada air
bersih 594. Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan, bahwa pada air bersih,
pergerakan mulut ikan lebih banyak karena keadaan dirinya yang sehat dan bugar.
Tetapi setelah diberi detergen, pergerakan mulut ikan lebih sedikit dan
lama-kelamaan akan menurun disebabkan karena ikan sudah kehabisan oksigen dan
tidak mampu lagi bernafas karena air yang sudah terkontaminasi dengan detergen menyebabkan
ikan susah bernafas dan lama-kelamaan bisa mati, jika terus berada di air yang
terkontaminasi detergen. Karena detergen, tidak baik untuk ekosistem air dan
makhluk hidup di dalamnya.
Percobaan 2
Untuk menguji, apakah
sampel yang diamati (air dan tanah) terkena bahan pencemar atau zat berbahaya,
maka dilakukan tes pengujian dengan beberapa tahap sebagai berikut:
Tabung 1 (berisi air merk fit) :
Fit + KI = berwarna kuning
Fit + KI + Na2CO3
= terdapat endapan berwarna orange didasar
Fit + HCl = tidak berwarna
Fit + HCl + NaOH = tidak berwarna
Fit + HCl + NaOH + KI = tidak berwarna
Tabung 2 (berisi air got) :
Air got + KI = tidak berwarna
Air got + KI + Na2CO3
= tidak berwarna
Air got + HCl = sedikit keruh
Air got + HCl + NaOH = sedikit keruh
Air got + HCl + NaOH + KI = sedikit
keruh
Tabung 3 (berisi air merk ades) :
Ades + KI = tidak berwarna
Ades + KI + Na2CO3
= tidak berwarna
Ades + HCl = tidak berwarna
Ades + HCl + NaOH = tidak berwarna
Ades + HCl + NaOH + KI = tidak berwarna
Tabung 4 (berisi air merk aqua) :
Aqua + KI = tidak berwarna
Aqua + KI + Na2CO3
= tidak berwarna
Aqua + HCl = tidak berwarna
Aqua + HCl + NaOH = tidak berwarna
Aqua + HCl + NaOH + KI = tidak berwarna
Tabung 5 (berisi air keran) :
Air keran + KI = tidak berwarna
Air keran + KI + Na2CO3
= tidak berwarna
Air keran + HCl = tidak berwarna
Air keran + HCl + NaOH = tidak berwarna
Air keran + HCl + NaOH + KI = tidak
berwarna
Warna-warna tersebut
yang akan menjadi indikator tercemar atau tidaknya suatu air oleh bahan atau
zat berbahaya. Dari warna-warna tersebut dapat
disimpulkan bahwa air di Situ Gintung tidak mengandung zat berbahaya sama
sekali. Kotornya air di Situ Gintung hanya disebabkan oleh sampah, dan belum
diambang batas over. Tetapi, jika keadaan ini terus berlangsung tanpa penanggulangan
apapun, baik dari pihak masyarakat setempat maupun pemerintah, secara tidak
langsung, akan menimbulkan dampak yang tidak baik untuk warga setempat dan
terutama untuk
organisme yang berada didalamnya yang
nantinya juga akan berpengaruh untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup
sekitarnya.
Percobaan 3
Pada percobaan ketiga,
kita mengukur pH dari tiga sampel air, yaitu air sungai disitu gintung, air
aqua, dan air sumur (dari rumah). Sebelum mengukur pH ketiga sampel tersebut,
pH awal didapat yaitu sebesar 7,11. Setelah diukur, pH ketiga sampel tersebut
yaitu pH air sungai 7,24; pH air aqua 7,01; dan pH air sumur 5,98. Air tersebut
masih dikatakan air bersih karena pH mendekati angka normal pada pH, yaitu
tidak terlalu asam dan tidak juga terlalu basa. Ketiga air tersebut dapat
diminum dengan pengolahan secara tepat.
Percobaan 4
Pada percobaan keempat ini, kita mendapatkan hasil yaitu conductivity
pada sampel air depok nilainya 958µs, pada sampel air pamulang nilainya 1033µs,
pada sampel air ciputat yaitu 349µs, pada sampel air bsd yaitu 3,82ms, dan pada
sampel air sungai yaitu 1,82ms.
KESIMPULAN
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa air dan tanah didaerah Situ Gintung dan didaerah sekitar
rumah kita tidak terdeteksi dan tidak mengalami pencemaran zat berbahaya. Dan
ikan yang airnya diberi detergen akan mengalami kekurangan oksigen dan sulit
bernafas disebabkan karena berkurangnya kandungan oksigen didalam air, ikan tersebut
akan mati dan mengeluarkan lendir. Sedangkan ikan pada air bersih dan air
hangat akan tetap sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Jardine,
C.G. 1993. Effect of Pollutant at the Ecosystem Level. Environmental
Palar,
H. 1994. Pencemaran dan Toksilogi Logam Berat. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Lutfi,
Ahcmad. 2009. Kimia Lingkungan dan Peranannya.
Diakses pada 20-11-2014, 09:50 WIB
LAMPIRAN
Table percobaan 1
Kondisi air
|
Pergerakan mulut ikan selama 5
menit
|
keterangan
|
Air bersih
|
594 kali
|
Ikan sehat
|
Air hangat
|
956 kali
|
Ikan sehat
|
Air ditambah detergen
|
354 kali
|
Ikan mati dan berlendir
|
Table percobaan 2
Sampel
|
Warna awal
|
Larutan tambahan
|
Perubahan warna
|
1
|
Tidak berwarna
|
FIT + KI
|
Kuning
|
Fit + KI + Na2CO3
|
endapan berwarna orange
|
||
Fit + HCl
|
Tidak berwarna
|
||
Fit + HCl + NaOH
|
Tidak berwarna
|
||
Fit + HCl + NaOH + KI
|
Tidak berwarna
|
||
2
|
Hitam keruh
|
Air got + KI
|
Tidak berwarna
|
Air got + KI + Na2CO3
|
Tidak berwarna
|
||
Air got + HCl
|
Tidak berwarna
|
||
Air got + HCl + NaOH
|
Tidak berwarna
|
||
Air got + HCl + NaOH + KI
|
Tidak berwarna
|
||
3
|
Tidak berwarna
|
Ades + KI
|
Tidak berwarna
|
Ades + KI + Na2CO3
|
Tidak berwarna
|
||
Ades + HCl
|
Tidak berwarna
|
||
Ades + HCl + NaOH
|
Tidak berwarna
|
||
Ades + HCl + NaOH + KI
|
Tidak berwarna
|
||
4
|
Tidak berwarna
|
Aqua + KI
|
Tidak berwarna
|
Aqua + KI + Na2CO3
|
Tidak berwarna
|
||
Aqua + HCl
|
Tidak berwarna
|
||
Aqua + HCl + NaOH
|
Tidak berwarna
|
||
Aqua + HCl + NaOH + KI
|
Tidak berwarna
|
||
5
|
|
Air keran + KI
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Air keran + KI + Na2CO3
|
Tidak berwarna
|
|
Air keran + HCl
|
Tidak berwarna
|
||
Air keran + HCl + NaOH
|
Tidak berwarna
|
||
Air keran + HCl + NaOH + KI
|
Tidak berwarna
|
Table percobaan 3
NO
|
Sampel
|
pH
|
1.
|
Air sungai
|
7,24
|
2.
|
Air aqua
|
7,01
|
3.
|
Air sumur
|
5,98
|
Table percobaan 4
NO
|
Sampel
|
Konduktivitas
|
1.
|
Air depok
|
958µs
|
2.
|
Air pamulang
|
1033µs
|
3.
|
Air ciputat
|
349µs
|
4.
|
Air bsd
|
3,82ms
|
5.
|
Air sungai
|
1,82ms
|